LAPORAN PENDAHULUAN Tuberkolusis paru dengan suspek EFUSI PLEURA


LAPORAN PENDAHULUAN
Tuberkolusis paru dengan suspek EFUSI PLEURA

1.         Definisi
a.         Tuberkolusis
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Hood Alsagaff, th 1995. hal 73).
Pendapat lain menyebutkan suatu penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ tubuh manusia seperti paru, ginjal, kelenjar getah bening, selaput jantung, selaput otak usus, dan lain-lain, tetapi yang paling banyak adalah organ paru. (Bahar,2001). Seseorang disebut penderita tuberculosis paru jika kuman M.Tuberculosis menyerang paru.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan ole mycobacterium tuberculosa, yaitu suatu bakteri tahan asam. (Suriadi,2001)
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh M.Tuberculosis yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara. (Netina,2002).


b.         Efusi pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995, Waspadji Sarwono (1999, 786).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68)
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat dan hemoragis
1)        Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.

2)        Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.

3)        Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.
4)        Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

2.         Faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah .
a.         anatomi dan fisiologi
System pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring ,trakea , bronkus , sampai dengan alveoli dan paru-paru
Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung . hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H. Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan , faring terdapat dibawah dasar tengkorak , dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher . faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring , bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring , dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring .(Drs .H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88)
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa . trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri (Drs .H . Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89).
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri , bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli (H.Syaifuddin  B Ac th1997, hal 89-90).
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung – gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut. Sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal 90 , Evelyn,C, Pierce , 1995 hal 221).
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru. Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
1)        Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar. (Ni Luh Gede.Y.A.SKp.1995.hal 124. Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal 91).

2)        Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3  atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi  gas melalui membran pernafasan  yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang  berperan penting yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal 124, Drs. H. Syaifuddin. B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff  th 1995 . hal 36-37).

3)        Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel .(Ni Luh Gede Y. A. Skp th1995 hal 125 Hood Alsegaff th 1995 hal 40).
Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).


        
B. Pathofisiologi dan pathway
·         Masuknya kuman .tuberculosis kedalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya kuman tuberculosis serta daya tahan tubuh.
·         Segera setelah menghirup basil tuberculosis hidup kedalam paru-paru, maka terjadi eksudasi  dan konsolidasi yang terbatas disebut focus primer. Basil tuberculosis akan menyebar , histosit mulai mengengkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah bening menuju ke kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu pasca infeksi.
·         Bersamaan dengan terbentuknya komplek primer terjadi pula hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkuli. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
·         Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama diperifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah  paru dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhanya mengarah kekalsifikasi dan penyebaranya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
·         Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit  bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar kelimfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitive terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag.  Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel.makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkelepiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral  lesi memberikan gambaran yang relatif  padat, seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa.
·         Terdapat 3 macam penyebaran secara pathogen pada tuberculosis anak ; penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul gejala atau tanpa gejala klinis , penyebaran hematogen umum, penyebaran millier, biasanya terjadi sekaligus  dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyebaran hematogen berulang.
·         Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).
















M. Tuberculosis terhirup masuk paru-paru
 
Pathway
Text Box: Meningkatkan rangsang batuk,Text Box: Lesi primer menimbulkan kerusakan jaringan paru,Text Box: Panas,Text Box: Proses peradangan,Text Box: Tidak efektifnya pola nafas,Text Box: Mengalami perkejuan,Text Box: Hipertermi,Text Box: Gangguan pertukaran gas,Text Box: Difuse O2 menurun,Text Box: Produksi sekret meningkat,Text Box: Resiko tinggi penyebaran infeksi,Text Box: Intoleransi aktifitas,Text Box: Tidak efektifnya bersihan jalan nafas,Text Box: Sekret terdorong ke mulut,Text Box: Anoreksia,Text Box: Resiko penumpukan cairan paru 





























pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
 
                                                                                                    

C.  Manifestasi klinis
·         Demam , malaise, anoreksia,  berat badan menurun, kadang-kadang batuk ( Batuk tidak selalu ada , menurun  sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada, hemoptisis.
·         Gejala lanjut ( jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak) : pucat, anemia, lemah, dan berat bada menurun.
·         Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena mulainya penyakit secara berlahan. Kadang tuberculosis ditemukan pada nak tanpa gejala atau keluhan . tetapi secara rutin dengan uji tuiberkulin  dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala tuberculosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu, dengan atau tanpa batuk pilek. Gambaran klinisnya; demam, batuk, anoreksia, dan berat badan menurun.

D.  KOMPLIKASI
Ø  Meningitis
Ø  Spondilitis
Ø  Pleuritis
Ø  Brokhopneumoni
Ø  Ateletaksis

E.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
§  Tes tuberculin : reaksi tes positif ( Diameter = 5) menunjukan adanta infeksi primer
§  Radiologi : terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran, pembesaran kelenjar paratrakheal, penyebaran millier, penyebaran bronkogen, pleuritis dengan efusi.
§  Kultur sputum : ditemukan basil tuberculosis.
§  Patologi Anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar pleura, peritoneum, kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
§  Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi lokalyang besar dalam waktu kurang dari 8 hari setelah penyuntikan.
§  Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin tes  tuberculin positif.
§  Penyakit TB : gambaran radiology positif, kultur sputum positif, dan adanya gejala-gejala penyakit.
F. PENATALAKSANAAN
1)      Nutrisi adekuat
2)      Medik
-          INH
-          Rifampicin
-          Pyrazinamid
-          Streptomycin injeksi
-          Pyrazinamid
-          Ethambutol
-          Kortikosteroid
3)      Pembedahan, jika kemotherapi tidak berhasil
4)      Pencegahan; menghindari kontak dengan yang terinfeksi  basil tuberculosis, mempertahankan status kesehatanya  , pemberian imunisasi BCG.

G. PENGKAJIAN
-          Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi, penyakit yang pernah diderita sebelumnya.

-          Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka waktu yang lama, batuk yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang nafsu makan, hemoptysis






H. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1.   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru
Tujuan : Meningkatkan pertukaran gas yang adekuat
Intervensi :
·         Monitor tanda-tanda vital
·         Observasi adanya sianosis pada mulut
·         Kaji irama, kedalaman, dan ekspansi pernafasan
·         Lakukan auskultasi suara nafas
·         Ajarkan cara bernafas efektif
·         Berikan oksigen sesuai indikasi
2.   Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan adanya batuk, nyeri dada
Tujuan : Meningkatkan pola nafas yang efektif
Intervensi :
·         Kaji ulang status pernafasanya ( irama, kedalaman, , suara nafas , penggunaan otot Bantu pernafasan, bernafas melalui mulut)
·         Kaji ulang Tanda-tanda vital
·         Berikan posisi tidur semi fowler/fowler
·         Anjurkan untuk banyak minum
·         Berikan oksigen sesuai indikasi

3.   Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya secret
Tujuan : Meningkatkan kepatenan jalan nafas
Intervensi :
·         Kaji ulang status pernafasanya ( irama, kedalaman, , suara nafas , penggunaan otot Bantu pernafasan, bernafas melalui mulut)
·         Kaji ulang Tanda-tanda vital
·         Berikan posisi tidur semi fowler/fowler
·         Anjurkan untuk banyak minum
·         Berikan oksigen sesuai indikasi
·         Berikan obat-obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas seperti: bronkhodilator
4.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan  anoreksia.
Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
Intervensi :
·         Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
·         Berikan anak makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
·         Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi
·         Kaji ulang berat badan, lingkar lengan , membran mukosaAnjurkan orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering.
·         Pertahankan kebersihan mulut anak
Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
5.   Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
      Tujuan : Suhu tubuh normal
      Intervensi :
·         Monitor suhu tubuh anak untuk mengetahui peningkatan suhu
·         Berikan intake cairan adekuat
·         Berikan kompres bila perlu
·         Kollaborasi pemberian antipiretik dan antibiotik
6.   Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen
Tujuan: Perluasan infeksi tidak terjadi
Intervensi :
·         Tempatkan anak pada ruang khusus
·         Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit pada anak dengan TB.aktif
·         Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.
·         lakukan uji tuberculin
·         Berikan anti tuberculosis sesuai order
.     7.   Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya
Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.
Intervensi :
·         Berikan aktifitas ringan yang sesuai dengan usia anak ( permainan, keterampilan tangan,, video game, televisi)
·         Berikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak.
·         Libatkan anak dengan mengatur jadual harian dan memilih aktifitas yang diinginkan.
·         Ijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit
·         Anjurkan anak untukberhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.


















DAFTAR PUSTAKA

  • Bahar asril. Tuberculosis Paru. Balai penerbit FKUI.  Jakarta. 2001
·                     Nettina SM Lippincont. Pocket Manual of Nursing Practice. ECG. Jakarta. 2001
  • Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta. 1997
·                     Suriadi, Yuliani Rita. Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV. Agung Seto. Jakarta. 2001
·                     Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

·                     Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

·                     Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

·                     Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar