A. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 2006).
Gangguan harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998 dikutip Yoseph, I., 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah perasaan negative diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tidak langsung.
B. Manifestasi Klinis
1. Mengejek danmengkritik diri
2. Merasa bersalah dan khawatair, menghukum atau menolak diri sendiri
3. Mengalami gejala fisik, missal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
4. Menunda keputusan
5. Sulit bergaul
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
7. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
8. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
9. Merusak/melukai orang lain
10. Perasaan tidak mampu
11. Pandangan hidup yang pesimistis
12. Tidak menerima pujian
13. Penurunan produktivitas
14. Penolakan terhadap kemampuan diri
15. Kurang memperhatikan perawatan diri
16. Berpakaian tidak rapih
17. Berkurang selera makan
18. Tidak berani menatap lawan bicara
19. Lebih banyak menunduk
20. Bicara lambat dengan nada suara lemah
C. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi
· Penolakan orang tua
· Harapan ortu yang tidak realistik
· Kegagalan yang berulang kali
· Kurang mpy. tanggungjawab personal
· Ketergantungan pada orang lain
· Ideal diri yang tak realistik
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus ditimbulkan dari sumber eksternal maupun internal.
· Riawayat Trauma :
- Penganiayaan seksual
- Psikologis
- Menyaksikan kejadian yg mengancam kehidupan
· Ketergantungan Peran :
- Transisi peran perkembangan perubahan Normatif yang berkaitan dengan tumbuh kembang individu.
- Transisi peran situasi individu.
- Transisi peran sehat-sakit individu.
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
![]() |
Respon adaptif Respon maladaptif
![]() |
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri positif rendah identitas
D. Patopsikologi
Stress, harga diri rendah dan bersalah dapat menimbulkan marah. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, sehingga rasa marah tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Selain akan memberikan rasa lega, keraganganpun akan menurun dan akhirnya perasaan marah akan teratasi.
Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjjuakan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat, individu berpura-pura tidak marah dan melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak teruangkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang diajukan pada dirisendiri, orang lain danlingkungan.
E. Pohon Masalah


Berduka disfungsional, traumatic tumbuh kembang Penyebab
F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Berduka disfungsional, traumatic tumbuh kembang
3. Isolasi social: menarik diri
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan konsep diri: harga diri rendah
· Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
· Tindakan Keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
- Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
- Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
- Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.
- Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
- Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
- Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
- Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
- Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
- Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
- Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
- Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
- Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
- Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
B. Tujuan Khusus
1. Klien akan membina hubunganterapeutik dengan perawat.
2. Klien akan mengekspresiksn perasaan, perilaku dan pikiran yang berhubungan dengan situasi stessornya.
3. Klien akan mengevaluasi konsekkuensi positif-negatif dari respon konsep dirinya.
4. Klien akan mengidentifikasi satu tujuan baru dan dua respon koping yang adaptif
5. Klien akan mengimplikasikan respon konsep diri adaptif yang baru.
C. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien : Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
SP 2 Klien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
D. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.
”Oia, T sudah tau belum nama saya ? baik, perkenalkan nama saya suster V, sayang perawat yang akan merawat T selama T ada di sini, dan tentunya di bentu oleh suster-suster yang lain. Nama panjang T siapa? Berasal dari mana ?”
”Sekarang kita kan sudah saling kenal, nah T bisa menceritakan apa saja kepada suster, suster tidak akan menceritakan kepada orang lain kecuali untuk kepentingan medis.”
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?
Kerja:
”T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.
”T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ? Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Orientasi :
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Masih ingat tidak sama suster ?”
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
Keliat, B. A. 2006. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung.
Yoseph, Iyus. 2009. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar