ASKEP OTALGIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Otalgia sangat umum terutama pada anak-anak pada sebagian besar kasus.Lebih banyak dialami oleh pria dari pada wanita.Beberapa koisioner diisi oleh beberapa sampel secara acak dari 2.500 orang berusia 25-65 tahun. Keseluruhan 1.720 penerima mengisi koisioner tersebut dan Kriteria inklusi rasa sakit di dalam atau di sekitar telinga tanpa infeksi, tumor, atau trauma, dari waktu 6 bulan atau lebih, dan frekuensi sakit setidaknya sebulan sekali. Secara keseluruhan 152 responden yang memenuhi kriteria, dan 100 berpartisipasi dalam pemeriksaan klinis dan wawancaratersebut(kuttilas,dkk,2004).
B.    Tujuan
1.       Mahasiswa mampu mengetahui Definisi dari Otalgia.
2.       Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi Otalgia.
3.       Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi Klinik Serta Pelaksanaannya.
4.       Serta Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan Dari Otalgia.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Definisi
Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga.Otalgia adalah suatu nyeri telinga, setiap penyakit yang mengenai daerah telinga hampir semuanya terdapat gejala otalgia.Penyebab nyeri dalam telinga itu sendiri dapat berasal dari telinga maupun diluar telinga (Arnolds, 1984).
Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai rasa terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat hebat, atau konsisten dan intermittent atau sementara. Pada keadaan terakhir, biasanya sesuai ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang masuk(Petrus,1986).

B.  Etiologi
Penyebab Otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
1.    Otalgia Primer
a.     Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang”( Bluest D, 1996 ).
Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat.Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986).Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
b.    Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-struktur kartilago.Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan.Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau berganti-gantian.Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
c.     Otitis Media
Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran.Nyeri telinga sinonim dengan otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah.Organisme yang sering bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas influenzae.Nyeri telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas.Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga.Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam (Petrus, 1986).
d.    Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984).Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).
e.     Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak.Kadang-kadang pasien otitis media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya otore.Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya mastoiditis akut.Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani dan “sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus (Petrus, 1986).
f.      Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani.Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari.Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2.    Otalgia sekunder
  1. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
·         PenyakitGigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.
·         Iritasi Sinus Paranasal
Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga.
·         Lesi di rongga mulut
·         Glandula salivatori
Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia
·         Iritasi Durameter
Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.
  1. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.
  1. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga.Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.
  1. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid.Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.
Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia.Luka pada laring atau adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.
  1. Nervus cervical
Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.








C.  Patofisiologi

A.      Penyumbatan
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakma pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi. Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
B.       Infeksi
Penyebab umum dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri meskipun jamur adalah penyebab yang terpenting dari 10% kasus; dapat pula dihasilkan dari non ineksi dermatologi. Bacterial Otitis Externa
Menyukai semua kulit. Saluran telinga luar mempunyai flora normal. Ketika terjadi ggn, flora pathogen berkembang didominasi oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapilococcus aureus. Tanda dan gejala dari otitis eksterna dengan penyebab bakteri dirawat lebih giat dari penyakit lain. Otalgia mungkin cukup berat, untuk itu diberikan anlgetik seperti Codein dan obat anti inflamasi non steroid. Jamur Otitis Externa
Jamur dikenal kira-kira 10% dari kasus otitis externa. Pathogen yg terbesar dan umum adalah Aspergillus dan Candida. Infeksi jamur terjadi sebagai hasil dari pengobatan yang lama dari bakteri otitis eksterna yang menggantikan flora dari saluran telinga. Jamur kadang-kadang pathogen utama pada otitis externa, khususnya dgn adanya lembab yg berlebihan atau panas. Ineksi biasanya tidak bergejala dan diagnosa dibuat dengan mengamati perubahan dalam saluran telinga luar. Jamur dpt menyebabkan pruritis dan rasa penuh pada telinga. Pruritis mungkin hebat, menyebabkan kerusakan pada epidermis akibat garukan. Tinnitus juga umum terjadi.
C.       Trauma
Biasa karena benda-benda tumpul maupunbenda tajam. Karena benda tumpul menyebabkan memar diantara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan.
Darah yang tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga. Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi suara yang sangat besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan fisiologis telinga dalam sehingga terjadi gangguan kemampuan meneruskan getaran ke organ Corti. Kerusakan dapat berupa pecahnya gendang telinga, kerusakan tulang-tulang pendengaran, atau kerusakan langsung organ Corti. Penderita biasanya tidak sulit untuk menentukan saat terjadinya trauma yang menyebabkan kehilangan pendengaran.
D.     tumor
Seruminoma (kanker pada sel-sel yang menghasilkan serumen) bisa tumbuh pada sepertia saluran telinga luar dan bisa menyebar. Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh di pada telinga luar setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang.

D.Komplikasi
Komplikasi dari otalgia antara lain adalah:
1)      Mastoiditis. Supuratif. Terjadi karena otalgia yang tidak terobati secara adekuat. Terjadi nyeri postauricular + eritem + demam Perlu mastoidectomy.
2)      Petrous Apicitis
3)      Osteomielitisa
4)      Paralisis nervus facialis
5)      Sigmoid Sinus thrombosis
6)      Infeksi CN

E.  Klasifikasi
Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas penyebabnya adalah sebagai berikut :
1.       Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di telinga.
Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.
2.       Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.
Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.

F.   Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab.Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran.Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga.Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba.Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah.Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek.
Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar, remaja dan dewasa,yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam.Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.

G.PEMERIKSAAN FISIK
-         Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat menggangu di telinganya.
-         Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.

H.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul.Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab telinga nyeriuntuk mengetahui cara mengatasi rasa sakit tersebut. Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.
Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
  1. Tes fungsi
Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius.

  1. Tes pendengaran
Tujuan dari tes pendengaran adalah :
Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.
Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.
  1. Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
1)      Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.
2)       Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
3)      Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z).
4)      Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
5)      Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.
6)      Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis tuli persepsi.
7)      Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak tuli konduks

Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan biasa.
Tes Garpu Tala.
Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :
1)      Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
2)       Getarkan garpu tala.
3)      Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
4)      Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum mastoid penderita.
5)       Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.
6)      Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
7)       Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
8)       Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.
Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
1)      Garpu tala digetarkan.
2)      Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).
3)      Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
4)      Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi Tes Rinne (+).
5)      Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi Tes Rinne (–).
6)      Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan Tes Rinne ragu – ragu.
Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :
1)      Garpu tala digetarkan.
2)      Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun – ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
3)      Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
4)       Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
5)      Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan.
6)       Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi.
Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai macam cara untuk mengetahui fungsi pendengaran seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan mendiagnosa seseorang mengalami ketulian diperlukan tes – tes yang lain selain yang dipaparkan diatas.
Pemeriksaan Keseimbangan:
1)      Berdiri normal
2)      Berdiri kaki rapat
3)      Berdiri tandem
4)      Berdiri satu kaki
5)      Berbagai posisi lengan pada tes di atas
6)      Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas
7)      Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk
8)      Berdiri side fleksi
9)      Berjalan memposisikan kaki tandem
10)  Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu
11)  Berjalan ke samping, berjalan mundur
12)  Berjalan di tempat
13)  Berjalan dgn berbagai kecepatan
14)  Berjalan dan berhenti dengan mendadak
15)  Berjalan membentuk lingkaran
16)  Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki
17)  Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)

I.   TERAPI
Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai dengan penyakit primer yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi yang diberikan dapat berupa : Jika terdapat kotoran yang keras atau benda asing akan dibersihkan dengan alkohol, asam salisilat. Pada kasus infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau anti jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan tindakan pembedahan.Dapat juga diberikan kompres hangat, analgesik.


BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
  1. Pengkajian Primer
1)      Airway
Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien tidak mengalami :
a.       Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi, rhonci, gargling, dll
b.       Retensi lendir/sputum di tenggorokan
c.       Suara serak
d.        tidak Batuk berdahak atau kering
e.       Breathing
Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien mengalami :
a.       Batuk
b.       Sesak napas
c.       Adanya penggunaan otot bantu napas
d.        Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 – 24 x/mnt.
2)      Circulation
Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien :
a.       TD meningkat
b.      capillary refill normal
c.       Demam
3)      Disability / Neurological
a.       Terdapat nyeri pada daerah telinga.
b.      Kemampuan pendengaran menurun.


  1. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey)
1)      Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah klien pernah menderita :
Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos dan penyakit telinga lainnya. Juga beberapa penyakit diluar telinga seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.
2)      Pemeriksaan fisik
a.       Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
Aktivitas menurun, Adanya perubahan pola tidur, Lebih sering istirahat.
Data obyektif :
Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran, Tidak terjadi Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ), Terlihat kelemahan umum, gangguan pendengaran.
b.       Sirkulasi
Data Subyektif:
Demam, akral hangat
Data obyektif:
Suhu tubuh diatas 37,5oC, Kadar WBC meningkat.
c.       Eliminasi
Data Subyektif:
Tidak mengalami gangguan eleminasi
Data obyektif
Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
d.       Makan/ minum
Data Subyektif:
Kemungkinan nafsu makan menurun.
Data obyektif:
Makanan tersisa lebih dari setengah, Hanya mampu makan ¼ porsi.
e.       Sensori neural
Data Subyektif:
Kelemahan, Pendengaran berkurang.
Data obyektif:
Status mental baik, Menurunnya kemampuan mendengar.
f.        Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Nyeri di daerah telinga yang terinfeksi oleh penyakit primer dari otalgia
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, Gelisah, Ketegangan otot.
g.       Respirasi
Data Subyektif :
Sesak nafas, Batuk kering, Flu.
Data obyektif:
Frekuensi pernafasan menurun, Batuk tidak berdahak, Adanya suara nafas tambahan, dan Menggunakan otot bantu pernafasan.
h.       Keamanan
Data Subyektif :
Cemas
Data obyektif:
Motorik/sensorik : masalah dengan pendengaran, Perubahan persepsi terhadap tubuh, dan Penurunan pendengaran
.
i.         Interaksi sosial
Data Subyektif:
Pendengaran menurun
Data obyektif:
Penurunan komunikasi



B.  Diagnosa

1)      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, kimia.
2)       Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
3)      Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi.
4)      Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ttg penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya.
5)      Kurang pengetahuan berhubunagn dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan.
6)      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri.
7)      Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri.
8)      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.









C.    Rencana Asuhan Keperawatan  
Dignosa keperawatan
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Nyeri akut bd agen cedera biologis, fisik, kimia.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
-    - Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
-  Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.


1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-4).
2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
3. Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
 2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
3.Membantu mengurangi nyeri
Nyeri b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
-       - Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
1. Kaji tingkat nyeri ssi skala nyeri.
2. Kolaborasi beri preparat analgetik.
3. Memasang sumbu bila kanalis auditorius mengalami edema.
4. Memasang sumbu bila kanalis auditorius mengalami edema.
1. Memberi info untuk mengkaji respon terhadap intervensi.
2. membantu dalam memberi intervensi selanjutnya.
3. mengurangi nyeri.
4. . untuk menjaga kanalis tetap terbuka.
Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat.
Kreteria hasil :
- - Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan.
- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya.
1.Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut.
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan.

1.Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2.Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang.
3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.
Ansietas b/d kurang pengetahuan ttg penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya
Tujuan : mengurangi ansietas
Kriteria Hasil :
-      - Klien tidak menampakkan tanda- tanda gelisah
- Klien terlihat tenang.
1. Dengarkan dgn cermat apa yg dikatakan klien tentang penyakit dan tindakannya.
2.Berikan penjelasan singkat ttg organisme penyebab; sasarn penaganan; jadwal tindak lanjut.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan berdiskusi.
1. mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi mengenai kesalahpahaman dan kesalahan informasi.
2. pengetahuan ttg diagnosa spesifik dan tindakan dapat meningkatkan kepatuhan.
3. pertanyaan klien menandakan masalah yg perlu diklarifikasi.
Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan
Kreteria hasil :
-     - Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami.
- Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar.
1.  Kaji tingkat pengetahuan pasien.
2. Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
3. Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
1. Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi.
2. Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan.
3. Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
Kreteria hasil :
-      - Klien bisa beraktivitas.
- Klien tidak mempunyai masalah dalam beraktifitas.
1. Kaji tingkat intoleransi klien.
2. Bantu klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
3. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan.
4. Libatkan keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klien.
5. Ajurkan klien untuk istirahat yang cukup.
1.Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnya.
2. Bantuan terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klien.
3. Aktivitas yang ringan dapat membantu mengurangi energy yang keluar.
4. Keluarga memiliki peranan penting dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatan.
5. Istirahat yang cukup dapat mebantu meminimalkan pengeluaran energi.
Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri
Tujuan : pola koping klien adekuat.
Kreteria Hasil :
-     -Klien memiliki koping adekuat.
-     - Kien tidak mengalami isolasi sosial.
- Klien bisa berinteraksi dengan orang lain.
1. Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit yang dialaminya.
2. Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap penyakit yang dialami klien.
3. Berikan informasi yang adekuat mengenai penyakit yang dialami klien.
4.Berikan motivasi kepada klien dalam menghadapi penyakitnya.
5.Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien
1. Untuk mengetahui tingkat koping pasien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya.
2. Pola koping keluarga mempengaruhi koping pasien terhadap penyakitnya.
3.Informasi adekuat dapat memperbaiki koping pasien terhadap penyakitnya.
4.Motivasi dapat membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani pengobatan sehingga klien tidak merasa sendirian.
5. Motivasi dari keluarga sangat membantu proses koping pasien.
Tujuan :  klien tidak mengalami gangguan pola tidur.
Kreteria hasil :
-     - Klien mengatakan tidurnya cukup.
- Klien mengatakan tidurnya nyenyak.
1. Kaji pola tidur klien
2. Mininalkan suasana lingkungan.
3. Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur.
4. Ajarkan klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur.
5. Pemberian obat analgesik.
1. untuk mengetahui bagaimana pola tidur klien.
2. lingkungan yang tenang dapat membantu klien untuk beristirahat.
3. Minum air hangat dapat membantu klien lebih relaksasi dan lebih nyaman.
4. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau
mangalihkan perhatian klien dari nyeri yang menghambat tidur klien.
5. membantu mengurangi nyeri.













BAB IV
PENUTUP


  1. Kesimpulan
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga.Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.(Brunner & Suddarth, 1997).
Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit yang dialami seseorang.
Otalgia sangat umum terutama pada anak-anak pada sebagian besar kasus.Lebih banyak dialami oleh pria dari pada wanita.Beberapa koisioner diisi oleh beberapa sampel secara acak dari 2.500 orang berusia 25-65 tahun. Keseluruhan 1.720 penerima mengisi koisioner tersebut dan Kriteria inklusi rasa sakit di dalam atau di sekitar telinga tanpa infeksi, tumor, atau trauma, dari waktu 6 bulan atau lebih, dan frekuensi sakit setidaknya sebulan sekali. Secara keseluruhan 152 responden yang memenuhi kriteria, dan 100 berpartisipasi dalam pemeriksaan klinis dan wawancara tersebut ( kuttila s, dkk, 2004).

  1. Saran

Dalam penulisan tersebut, kami menyampaikan saran kepada semua pihak, baik dari pihak masyarakat maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan agar mampu mendeteksi dini dan melakukan penanganan lebih lanjut apabila di temukan klien denganotalgia, selain itu juga dapat melakukan pencegahan dini dengan pola hidup yang baik, sekaligus semoga dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat.








DAFTAR PUSTAKA

Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT.
Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book.
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar