Proses Menjadi Lanjut Usia / Menua

Proses Menjadi Lanjut Usia / Menua - ASKEP GERONTIK - askep kapukonline.com. Setelah sebelumnya posting tentang ( Baca : Cara Mengkaji Status Mental Pada Lansia / Manula )

MENYESUAIKAN DIRI DENGAN PERUBAHAN PSIKOLOGI DAN SOSIAL PADA USIA LANJUT

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan Pembangunan khususnya di bidang kesehatan menumbulkan jumlah penduduk yang meninggal dalam usia muda menurun drastis dan harapan hidup rata-rata semakin panjang. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang jumlah golongan penduduk dalam usia lanjut semakin besar.


Data di biro statistik menunjukkan bahwa sensus penduduk tahun 1995 terdapat 12,7 juta orang yang berusia 60 tahun keatas. Hal ini dapat menimbulkan masalah baru apabila tidak kita perhatikan sejak dini. Karena pada kenyataannya sering kita jumpai orang yang merasa takut dalam menghadapi usia lanjut.


Mereka takut dengan adanya perubahan fisik, badannya tidak menarik seperti pada saat masih muda, rambutnya mulai banyak uban, kulitnya mulai banyak keriput, timbulnya menopause, takut menghadapi pensiun, merasa tidak ada peranan penting lagi, merasa tidak dapat berkarier lagi, merasa tersaingi dengan yang muda dan sebagainya.


Ketakutan dalam menghadapi usia lanjut ini dapat menimbulkan mereka mempunyai harga diri yang rendah, sulit tidur, tidak nafsu makan, tidak bergairah dalam bekerja, dan bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan jiwa.


Proses Menjadi Lanjut Usia / Menua

Sebetulnya keadaan ini tidak perlu terjadi apabila ada persiapan dalam menghadapi usia lanjut dan mereka berani dalam menghadapi tantangan atau bahaya pada usia ini, dengan demikian maka kesempatan manis bagi pertumbuhan dan pengembangan diri tidak hilang, mereka mempunyai kesempatan yang besar untuk pematangan diri, untuk mencapai tingkat perkembangan diri sebagai manusia secara penuh, serta dapat menikmati usia lanjut dengan bahagia dan sejahtera.

II. PROSES MENJADI LANJUT USIA

Proses menjadi lanjut usia atau menjadi tua menghadapkan orang pada salah satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Menurut kodratnya, manusia menolak pelepasan mahkota hidupnya di dalam proses menjadi tua.

>

Pada mulanya mereka melawan kenyataan yang tidak terelakkan bahwa mereka menjadi tua dan akhirnya dengan hati sakit mereka hanya bisa menerima. Pada saat ini, lepaslah segala ambisinya, mereka menjadi kesal dan kehilangan semangat hidup.

Bagi mereka pada usia itu hidup praktis berhenti, meskipun mereka masih mondar-mandir sebagai warga masyarakat yang gelisah tanpa tujuan. Dengan keadaan itu yang bersangkutan tidak mengerti bahwa proses untuk menjadi tua memberikan kesempatan yang besar untuk pematangan diri, untuk mencapai tingkat perkembangan diri sebagai manusia secara penuh.

Ada beberapa tingkatan umur yang berbeda-beda, dari kanak-kanak, remaja dan tingkat dewasa. Kita juga tahu bagaimana penting dan sulitnya menghadapi masa peralihan dengan tepat, dari tingkat kanak-kanank ke remaja, dan kemudian ke tingkat dewasa.

Namun hal ini tidak selalu kita sadari. Demikianpun kebanyakan orang tidak menyadari bahwa peralihan dari usia tengah baya yang aktif ke tingkat usia lanjut juga membawa krisis yang berat. Pembicaraan mengenai hal ini tidak banyak kita dengar, karena kebanyakan orang tidak mau mengakui, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, bahwa setiap orang merasa perlu tetap muda, atau sekurang-kurangnya berusaha tetap tampil muda.

Akan tetapi, penipuan diri yang kosong ini tidak dapat mengubah kenyataan, bahwa siapapun secara pelan-pelan menjadi usia lanjut. Orientasi pada budaya muda itu dapat mempersulit orang dalam proses menjadi usia lanjut dengan rasa bahagia, sebab mereka hanya mendapat sedikit pengertian dan bantuan dari masyarakat dalam menghadapi krisis masa transisi.

Kenyataan tidak dapat kita ingkari, siapapun dari kita ini kalau tidak didahlui mati, tentu akan berhadapan dengan krisis usia lanjut. Semua wanita lambat atau cepat akan menyadari bahwa pesonanya akan memudar. Mereka akan sadar bahwa daya tarik tubuhnya semakin berkurang.

Orang dapat tetap memuji kecakapannya, sukses dalam profesi dan nama baiknya, tetapi itu semua baginya tidak lebih dari pensiun di hari tua. Sakit badan tertentu membuat mereka merasakan gangguan kekuatannya dan pemikirannya. Wanita yang telah menjadi usia lanjut akan menjadi cepat marah, mudah tersinggung dan gelisah, tenaganya semakin merosot, semakin lemah. Pagi hari kehilangan daya tariknya, siang hari menjemukan, sore dan malam hari terasa berlangsung panjang dalam sunyi sepi.

Ketika orang mencapai usia lanjut, ia mengalami kesusahan siang dan malam, sekonyong-konyong apa saja menjadi persoalan misalnya kehidupan profesionalnya, hubungan dengan bawahannya dan kehidupan seksualnya. Keluarganya menjadi lebih kecil, karena anak –anak menjadi lebih dewasa dan meninggalkan lingkungan keluarga. Seringkali dirasakan bahwa efisiensi kerjanya merosot dam kreativitasnya menurun. Kebanyakan orang pada umur ini mulai kehilangan kepercayaan diri dan rasa amannya. Apapun yang terjadi membuat dirinya kebingungan.

Sementara itu ia dapat merasa bangga atas keberhasilan generasi baru, sejauh ikut menentukan keberhasilan itu dan dapat menikmati sukses pertamanya. Namun apabila generasi baru ini lambat laun mengambil oper tugasnya, maka ia mulai merasakan bahwa rasa pedih dan cemburu mulai merayapi dirinya yang semula ber-rela hati.

Inilah tanda lahiriah pertama mulai berkembangnya krisis orang menua. Adapun secara batiniah, rasa dingin semakin dalam timbul dalam dirinya dan timbul pertanyaan: ”hidup terus berlangsung, mungkinkah pada sutu hari aku tidak diperlukan lagi”. Dan pada kesempatan ini dapat muncul gagasan, bahwa ia dapat terhempas dari kehidupan ini.

III. PERUBAHAN PSIKOLOGI DAN SOSIAL PADA USIA LANJUT

Menjadi tua tidak berarti mundur secara psikologis. Daya ingat memang berkurang, sebab orang lebih memperhatikan hal-hal penting, sedangkan yang kurang penting tidak diingat. Di luar negeri pernah diadakan percobaan mendirikan universitas yang menerima mahasiswa yang sudah berusia lanjut. Ternyata banyak orang yang berusia lanjut yang berhasil. Semangat belajar mereka lebih besar daripada orang-orang muda. Hal ini disebabkan mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan yang muda.

Beberapa masalah sosial dan psikologi yang dihadapi pada usia lanjut antara lain :

  1. Pensiun
    Idealnya, masa pensiun merupakan waktu untuk menikmati hal lain dalam hidup ini, menjadi santai, melaksanakan cita-cita berkelana, aktif dalam bidang sosial dan filsafat. Tetapi kadang-kadang dalam kenyataannya pensiun sering diartikan sebagai ”kehilangan” pekerjaan, penghasilan, kedudukan, jabatan, peran sosial, dan juga harga diri.
  2. Fungsi Mental
    Pada umumnya terjadi penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi prises belajar, pemahaman, pengertian, tindakan dan lain-lain menurun, sehingga perilaku cenderung lebih lambat. Usia senja yang menderita demensia, perubahan dan penurunan fungsi kognitif akan lebih jelas dan progresif.
    Fungsi psikomotor yang meliputi dorongan kehendak/bertindak pada umumnya mulai melambat sehingga reaksi dan koordinasinya juga menjadi lambat. Sedangkan hal yang positif yaitu dihormati, dituakan, disegani, lebih bijaksana, lebih hati-hati dalam tindakan, tempat meminta nasehat. Secara garis besar ada 5 tipe kepribadian pada usia senja :

    1. Tipe Konstruktif : Orang yang sejak muda dapat menerima fakta dan kehidupan, menjadi tua diterima dengan santai. Mereka memiliki sifat yang toleran dan fleksibel, sehingga lentur dalam menerima kenyataan misalnya pensiun, kehilangan pasangan dan sebagainya, mereka nrimo tetapi bukan pasrah.
    2. Tipe Dependen : Sifat pasif tak berambisi, optimistik tak dilaksanakan perkawinan terlambat, didominasi oleh istri. Pada usia senja senang karena pensiun dan santai, banyak makan dan menikmati hari libur. Tetepi bila mereka kehilangan pasangan hidupnya merasa kehilangan tempat bergantung yang merupakan masalah besar, sehingga tidak jarang mereka terus menerus sakit-sakitan dan akhirnya menyusul pasangannya lebih cepat.
    3. Tipe Independen (mandiri): Pada masa mudanya merupakan orang yang aktif dalam pergaulan sosial, reaksi penyesuaian diri cukup baik dan cenderung menolak tawaran / bantuan orang lain. Keadaan tersebut cenderung dipertahankan sampai usia senja sehingga cemas menghadapi masa tua, misalnya cenderung menunda masa pensiun atau tetap bertahan aktif dalam profesi atau pekerjaannya dan tidak tampak menikmati masa tuanya.
    4. Tipe Bermusuhan : Orang yang cenderung menyalahkan orang lain untuk kesalahannya, sering mengeluh, agresif, curiga, riwayat pekerjaan tidak tetap, tidak dapat melihat segi positif pada usia lanjut, takut akan kematian, iri terhadap orang muda. Sering menunjukkan perilaku yang seoalah-olah mencari ketenangan sebagai gambaran yang menggambarkan dirinya tidak tenang.
    5. Tipe Benci diri : Orang yang kritis terhadao dirinya, tidak berambisi dalam pekerjaan. Perkawinan kurang bahagia karena banyak menyesali diri, anak serta pasangan hidupnya, seolah-olah masa lalu yang seharusnya diisi dengan segala keinginan sudah lewat, akhirnya pasrah tetapi tidak ”nrimo”. sehingga banyak mengalami krisis. Takut akan kematian.
  3. Kehilangan pasangan
    Kematian pasangannya merupakan stress psikososial yang sangat berat.
  4. Fungsi Seksual
    Sering menurun karena penyakit fisik seperti jantung koroner, diabetes melitus, artritis. Akibatnya harus makan obat anti hipertensi, anti diabetika, steroida, obat penenang. Sebagian usia senja harus menjalani pembedahan seperti prostatektomi. Menderita vagintis dan malnutrisi.
  5. Menemukan Kebahagiaan
    Bentuk-bentuk pernyataan kebahagiaan dan kegembiraan yang khas pada masa muda, tidak lagi mempunyai daya tarik pada masa usia senja. Ada beberapa kegiatan menarik yang tidak bisa dilaksanakan, misalnya kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik misalnya olah raga atau perjalanan jauh
    Kebahagiaan di masa lampau sewaktu masih muda, kini bagi kebanyakan usia senja hal-hal tersebut hanya menjadi kenangan. Bagi usia senja, tidaklah menguntungkan untuk bermimpi diluar jangkauannya. Dalam hidup ini tahap demi tahap orang harus mengembangkan minat pada hal-hal yang memberikan kegembiraan apabila mau menjadi orang sepenuhnya.
    Setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk mendapatkan kebahagiaan di masa tuanya. Bagi sementara orang bisa terjadi, cuculah yang menjadi sumber kesenangan dan kepuasan. Orang lain mengembangkan perhatiannya di bidang seni, musik dan buku-buku
  6. Kematangan Iman
    Setelah seseorang memasuki usia tua, banyak terjadi persoalan-persoalan mengenai kesehatan, dorongan seksual, jaminan ekonomi. Hal-hal seperti ini nampak tidak stabil lagi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Maka tidaklah mengherankan apabila timbul kebimbangan iman. Orang akan mempunyai problema yang berat, apabila imannya tidak berkembang matang.
    Pada usia senja, iman kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu diperdalam dan dimatangkan, agar persoalan-persoalan yang dihadapi tidak menjadi terlalu berat.
  7. Menemukan Makna Hidup
    Salah satu persoalan pokok orang usia senja ialah pemikiran yang menakutkan bahwa mungkin dirinya sudah tidak berarti lagi. Dia merasa dirinya sudah tidak diperlukan lagi ditempat kerjanya, dalam keluarga dan masyarakat. Banyak orang usia senja yang menderita neurosis dan bermacam-macam ketidakseimbangan mental karena kekosongan dan tidak adanya tujuan hidup di masa senja.
    Pada usia senja, seseorang harus dapat menemukan kembali makna hidupnya. Menemukan kembali makna hidup pada masa senja tergantung pada kesehatan, kemampuan dan situasi konkrit kehodupan pribadi yang bersangkutan.
    Bagi beberapa orang, merawat cucu-cucunya dapat menghilangkan rasa takut dan dapat mengembalikan kesadaran baru akan tujuan hidup dan kegembiraan di usia senja. Banyak orang usia senja merasa lebih muda lagi ketika diminta memberi nasihat. Perasaan berguna dan diperlukan, dapat mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri yang sudah menipis dan memberikan makna hidup baru dan tujuan hidupnya.
  8. Membina Perkawinan Menjadi Satu Kesatuan Yang Baru
    Bagi pasangan suami istri, saat suami pensiun dapat merusak hubungan mereka, tetapi juga dapat menjadi awal hidup bersama yang sempurna. Pada waktu pensiun, istri takut apabila suami mencampuri urusan tumah tangga. Dengan ikut campurnya suami dalam urusan rumah tangga, sering menimbulkan pertengkaran.
    Akan tetapi perkawinan dapat juga mengalami perubahan yang sebaliknya. Pada masa suami pensiun hubungan suami istri dapat menjadi intim. Untuk membina perkawinan menjadi satu kesatuan diperlukan komunikasi, hubungan yang mendalam antara suami dan istri.

V. KESIMPULAN


Masa usia lanjut merupakan masa yang sulit dalam perkembangan hidup seseorang. Menurut kodratnya, manusia menolak pelepasan mahkota hidupnya di dalm proses menjadi tua.


Pada masa ini terjadi perubahan fisik, juga banyak terjadi perubahan psikologi dan sosial. Pada masa usia lanjut seseorang harus bisa menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, mampu mengahdapai problema kesepian, mulai mendekatkan diri kepada yang kuasa, menerima masatua dengan wajar, berlatih bijaksana, mencapai keutuhan dan menemukan makna hidup.


Penyesuaian diri dengan terjadinya perubahan psikologi dan sosial pada usia lanjut, maka seseoarang akan mampu hidup sehat dan bahagia, bagi para usia lanjut yang sulit menemukan diri dengan berbagai perubahan psikologi maupun sosial, maka mereka tidak bisa menikmati usia senja dengan bahagia.



Demikian posting tentang Proses Menjadi Lanjut Usia / Menua - ASKEP GERONTIK, semoga bermanfaat...


Askep Asuhan Keperawatan Morbus Basedow

Askep - Asuhan Keperawatan Morbus Basedow | kapukonline.com. Setelah sebelumnya posting ( Baca : Askep Kanker Tiroid )

KONSEP PENYAKIT MORBUS BASEDOW

1. Pengertian

Penyakit basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang muda akibat daya peningkatan produksi tiroid yang ditandai dengan peningkatan penyerapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.

2. Etiologi

Diduga akibat peran antibodi terhadap peningkatan produksi tiroid serta adanya adenoma tiroid setempat (suatu tumor) yang tumbuh di dalam jaringan tiroid dan ensekresikan banyak sekali hormon tiroid.

Organ Kelenjar Tiroid

3. Patofisiologi

  1. Download Patofisiologi Morbus Basedow

Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan – lipatan sel – sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel – sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.

Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi terus – menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.

4. Gambaran Klinik

  1. Berat badan menurun
  2. Dispnea
  3. Eksoftalmus
  4. Berkeringat
  5. Palpitasi, takikardia
  6. Diare
  7. Nafsu makan meningkat
  8. Kelelahan otot
  9. Tremor (jari tangan dan kaki)
  10. Oligomenore/amenore
  11. Telapak tangan panas dan lembab
  12. Takikardia, denyut nadi kadang tidak teratur karena fibrilasi atrium, pulses seler
  13. Gugup, mudah terangsang, gelisah, emosi tidak stabil, insomnia.
  14. Gondok (mungkin disertai bunyi denyut dan getaran).

5. Penanggulangan

Terapi penyakit graves ditujukan kepada pengendalian stadium tirotoksikosis dengan pemberian antitiroid seperti propiltiourasil (PTU) atau karbimasol. Terapi definitif dapat dipilih antara pengobatan antitiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium radioaktif atau tiroidektomi subtotal bilateral.

Indikasi tindakan bedah adalah :

  1. Perlu mencapai hasil definitif cepat
  2. Keberatan terhadap antitiroid
  3. Penanggulangan dengan antitiroid tidak memuaskan
  4. Struma multinoduler dengan hipertiroidi
  5. Nodul toksik soliter.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBUS BASEDOW

Pengkajian

Data dasar pada pengkajian pasien dengan morbus basedow adalah :

  1. Aktivitas/istirahat
    1. Gejala: insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
    2. Tanda: Atrofi otot.
  2. Sirkulasi
    1. Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina).
    2. Tanda: disritmia (Fibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
  3. Eliminasi
    1. Gejala: urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses (diare).
  4. Integritas ego
    1. Gejala: Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
    2. Tanda: Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
  5. Makanan / cairan
    1. Gejala: Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
    2. Tanda: Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
  6. Neurosensori
    1. Tanda: Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
  7. Nyeri / kenyamanan
    1. Gejala: nyeri orbital, fotofobia.
  8. Pernafasan
    1. Tanda: frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
  9. Keamanan
    1. Gejala: tidak toleransi teradap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan).
    2. Tanda: suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
  10. Seksualitas
    1. Tanda: penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.
  11. Penyuluhan / pembelajaran
    1. Gejala: adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon toroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia), trauma, pemeriksaan rontgen foto dengan kontras.

Pemeriksaan diagnostik

  1. Tes ambilan RAI: meningkat.
  2. T4 dan T3 serum: meningkat
  3. T4 dan T3 bebas serum: meningkat
  4. TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
  5. Tiroglobulin: meningkat
  6. Stimulasi TRH: dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
  7. Ambilan tiroid131: meningkat
  8. Ikatan proein iodium: meningkat
  9. Gula darah: meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal)
  10. Kortisol plasma: turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
  11. Fosfat alkali dan kalsium serum: meningkat.
  12. Pemeriksaan fungsi hepar: abnormal
  13. Elektrolit: hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
  14. Katekolamin serum: menurun.
  15. Kreatinin urine: meningkat
  16. EKG: fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.

Diagnosa Keperawatan

  1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
  2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
    Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
  3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan / pemasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
  4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata / eksoftalmus.

Perencanaan Keperawatan

  1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
    1. Tujuan asuhan keperawatan : mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, stauts mental baik, tidak ada disritmia.
    2. Rencana tindakan dan rasional :
      1. Mandiri
        1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
          Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem pembuluh darah.
        2. Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
          Rasional : Memberikan ukuran volume sirkuasi yang langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung.
        3. Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
          Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
        4. Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
          Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat terhadap adanya takikardia.
        5. Auskultasi suara antung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
          Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik, adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.
        6. Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau irama jnatung dan adanya disritmia.
          Rasional : Takikardia merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid, dsiritmia seringkali terjadi dan dapt membahayakan fungsi antung atau curah jantung.
        7. Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal.
          Rasional : Tanda awal terjadinya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
        8. Pantau suhu, berikan lingkungan yang sejuk, batasi penggunaan linen/pakaian, kompres dengan air hangat.
          Rasional : Demam terjadi sebagai akibat kadar hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis/dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan vena dan hipotensi.
        9. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, pengisisan kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.
          Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
        10. Catat masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
          Rasional : Kehilangan cairan yang banyak (melalui muntah, dare, diuresis, diaforesis) dapat menimbulkan dehidrasi berat, urine pekat dan berat badan menurun.
        11. Timbang berat badan setiap hari, sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu.
          Rasional : Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan metabolik/sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung.
        12. Catat adanya riwayat asma/bronkokontriksi, kehamilan, sinus bradikardia/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung.
          Kondisi ini mempengaruhi pilihan terapi (misal penggunaan penyekat beta-adrenergik merupakan kontraindikasi).
        13. Observasi efek samping dari antagois adrenergik, misalnya penurunan nadi dan tekanan darah yang drastis, tanda – tanda adanya kongesti vaskular/CHF, atau henti jantung.
          Satu indikasi untuk menurunkan atau menghentikan terapi.
      2. Kolaborasi
        1. Berikan cairan iv sesuai indikasi.
          Rasional : Pemberian cairan melalui iv dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat inotropik.
        2. Berikan O2 sesuai indikasi
          Rasional : Mungkin juga diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolisme/kebutuhan terhadap oksigen tersebut.
    3. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
      1. Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
      2. Tujuan asuhan keperawatan : Megungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktifitas.
      3. Rencana tindakan/rasional :
        1. Mandiri :
          1. Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktifitas.
            Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia (di atas 160x/mnt) mungkin akan ditemukan.
          2. Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
            Rasional : Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas.
          3. Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sesori, warna – warna yang sejuk dan musik santai (tenang).
            Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif dan insomnia.
          4. Sarankan pasien untuk mengurangi aktifitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak – banyaknya jika memungkinkan.
            Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
          5. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti: sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
            Rasional : Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
          6. Memberikan aktifitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.
            Rasional : Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
          7. Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien, diskusikan cara untuk berespons terhadap perasaan tersebut.
            Rasional : Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi dan emosi yang berlebihan.
          8. Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil ini.
            Rasional : Mengerti bahwa tingkah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi sat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespons secara positif dan berikan dukungan pada pasien.
        2. Kolaborasi :
          1. Berikan obat sesuai indikasi (sedatif, mis: fenobarbital / luminal, transquilizer / klordiazepoksida / librium.
            Rasional : Untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif dan insomnia.
    4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/peasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
      1. Tujuan asuhan keperawatan: Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda – tanda malnutrisi.
      2. Rencana tindakan / rasional:
        1. Mandiri:
          1. Auskultasi bising usus.
            Rasional : Bising usus hiperaktif menerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
          2. Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelelahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
            Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernafasan (tanda asidosis metabolik).
          3. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan.
            Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
          4. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
            Rasional : Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
          5. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. Teh, kopi dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel, jambu dll).
            Rasional : Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
        2. Kolaborasi :
          1. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
            Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat – zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai.
          2. Berikan obat sesuai indikasi: Berikan glukose sesuai dengan berat badan / kebutuhan klien
            Rasional : Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mnegobati hipoglikemia.
          3. Insulin (dengan dosis kecil)
            Rasional : Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan.
    5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
      1. Tujuan asuhan keperawatan: Mampu mengidentifikasikan tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
      2. Rencana tindakan/rasional:
        1. Mandiri :
          1. Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang sempit, air mata berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata.
            Rasional : Manifestasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
          2. Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopia).
            Rasional : Oftalmopati infiltratif (penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan. Munculnya gangguan penglihatan dapat memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit.
          3. Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
            Rasional : Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak.
          4. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada indikasi.
            Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus.
          5. Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
            Rasional : Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
          6. Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang perubahan gambaran atau bentuk ukuran tubuh untuk meningkatkan gambaran diri.
            Rasional : Bola mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan tata rias, menggunakan kaca mata.
        2. Kolaborasi :
          1. Berikan obat sesuai dengan indikasi:
            • Obat tetes mata metilselulosa.
              Rasional : Sebagai lubrikasi mata.
            • ACTH, prednison.
              Rasional : Diberikan untuk menurunkan radang yang berkembang dengan cepat.
            • Obat antitiroid
              Rasional : Dapat menurunkan tanda / gejala atau mencegah keadaan yang semakin memburuk.
            • Diuretik
              Rasional : Dapat menurunkan edema pada keadaan ringan.

DAFTAR PUSTAKA:

  1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  2. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  3. Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia.
  4. Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  5. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  6. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Demikian posting tentang Askep - Asuhan Keperawatan Morbus Basedow. Semoga bermanfaat...

Askep - Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis

Askep - Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis - askep kapukonline.com. Setelah sebelumnya posting ( Baca : Konsep Dasar Teori Askep Osteomalacia dan Proses Keperawatan Askep Osteomalacia )


I. KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN


Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)


B. PENYEBAB / ETIOLOGI


Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu :

  1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
  2. Endokrin
  3. Autoimmun
  4. Metabolik
  5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.


C. EPIDEMIOLOGI


Penyakit Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3 : 1. Kecenderungan wanita untuk menderita Artritis rheumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.


Askep - Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis

D. MANIFESTASI KLINIK


Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.

  1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
  2. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
  3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
  4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
  5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
  6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
  7. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom SjÖgren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

E. DIAGNOSTIK


Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.


Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA) adalah:


  1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
  2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
  3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
  4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
  5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
  6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
  7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
  8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
  9. Pengendapan cairan musin yang jelek
  10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
  11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :


  1. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
  2. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
  3. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

F. PENATALAKSANAAN / PERAWATAN


Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas penyakit.


Tujuan utama dari program penatalaksanaan / perawatan adalah sebagai berikut :

  1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
  2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
  3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
  4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :


  1. Pendidikan
    Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
  2. Istirahat
    Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
  3. Latihan Fisik dan Termoterapi
    Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
  4. Diet/Gizi
    Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
  5. Obat-obatan
    Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN


Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

  1. Aktivitas / istirahat
    Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
    Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
  2. Kardiovaskuler
    Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
  3. Integritas ego
    Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
  4. Makanan / cairan
    Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan / cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ)
    Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
  5. Hygiene
    Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan
  6. Neurosensori
    Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
    Gejala: Pembengkakan sendi simetris
  7. Nyeri / kenyamanan
    Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
  8. Keamanan
    Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
  9. Interaksi sosial
    Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
  10. Penyuluhan / pembelajaran
    Gajala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.

    Pertimbangan: DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
    Rencana Pemulangan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

  1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
  2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
  3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
  4. Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
  5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
  6. Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
  7. Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
  8. Ig (Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.
  9. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
  10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
  11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
  12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
  13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

C. PRIORITAS KEPERAWATAN


  1. Menghilangkan nyeri
  2. Meningkatkan mobilitas.
  3. Meningkatkan monsep diri yang positif
  4. mendukung kemandirian
  5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

D. TUJUAN PEMULANGAN


  1. Nyeri hilang/ terkontrol
  2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
  3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
  4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN


  1. NYERI AKUT/ KRONIS

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Agen pencedera
      2. Distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi
      3. Destruksi sendi.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.
      2. Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus
      3. Perilaku distraksi/ respons autonomic
      4. Perilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungi
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :

      1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
      2. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
      3. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
      4. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
    4. Intervensi dan Rasional :

      1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
        Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
      2. Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
        Rasional : Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
      3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
        Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
      4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
        Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
      5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
        Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
      6. Berikan masase yang lembut
        Rasional : Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri
      7. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
        Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping
      8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
        Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
      9. Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
        Rasional : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
      10. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
        Rasional : Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
      11. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
        Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut
  2. MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Deformitas skeletal
      2. Nyeri
      3. Ketidaknyamanan
      4. Intoleransi aktivitas
      5. Kenurunan kekuatan otot.
    2. Dapat dibuktikan oleh :

      1. Keengganan untuk mencoba bergerak / ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik
      2. Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot / kontrol dan massa (tahap lanjut).
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan:

      1. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya / pembatasan kontraktur.
      2. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
      3. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
    4. Intervensi dan Rasional:

      1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
        Rasional : Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
      2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
        Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
      3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
        Rasional : Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
        Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
      4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan / bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
        Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
      5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
        Rasional : Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
      6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
        Rasional : Mencegah fleksi leher
      7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
        Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
      8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
        Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh
      9. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
        Rasional : Berguna dalam memformulasikan program latihan / aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat
      10. Kolaborasi: Berikan matras busa / pengubah tekanan.
        Rasional : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas
      11. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
        Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
  3. GANGGUAN CITRA TUBUH/ PERUBAHAN PENAMPILAN PERAN

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
      2. Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
    2. Dapat dibuktikan oleh :

      1. Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
      2. Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
      3. Perubahan pada gaya hidup / kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat
      4. Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
      5. Perasaan tidak berdaya, putus asa.
    3. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :

      1. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
      2. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
    4. Intervensi dan Rasional :

      1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
        Rasional : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
      2. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
        Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
      3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
        Rasional : Isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
      4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
        Rasional : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi
      5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.
        Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
      6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
        Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
      7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
        Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi
      8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
        Rasional : Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
      9. Berikan bantuan positif bila perlu.
        Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
      10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.
        Rasional : Pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang / ketidakmampuan
      11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
        Rasional : Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif
  4. KURANG PERAWATAN DIRI

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
    3. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :

      1. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
      2. Mendemonstrasikan perubahan teknik / gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
      3. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi / komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
    4. Intervensi dan Rasional:

      1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
        Rasional : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
      2. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
        Rasional: Mendukung kemandirian fisik/emosional
      3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan.
        Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri
      4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
        Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran
      5. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
        Rasional : Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual
      6. Kolaborasi: atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
        Rasional : Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah
  5. PENATALAKSANAAN PEMELIHARAAN RUMAH, KERUASAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP

    1. Faktor risiko meliputi :

      1. Proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa menjadi aktual)
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :

      1. Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
      2. Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
    4. Intervensi dan Rasional:

      1. Kaji tingkat fungsi fisik
        Rasional : Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan
      2. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
        Rasional : Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu
      3. Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga.
        Rasional : Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus
      4. Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian dudukan toilet.
        Rasional : Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang
      5. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi.
        Rasional : Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian
      6. Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu rumah tangga bila ada.
        Rasional : Memberikan kemudahan berpindah pada / mendukung kontinuitas dalam situasi rumah
  6. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR), MENGENAI PENYAKIT, PROGNOSIS, DAN KEBUTUHAN PENGOBATAN.

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Kurangnya pemajanan / mengingat.
      2. Kesalahan interpretasi informasi.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. Pertanyaan / permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.
      2. Tidak tepat mengikuti instruksi / terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, pasien akan :

      1. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
      2. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
    4. Intervensi dan Rasional :

      1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
        Rasional : Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
      2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
        Rasional : Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas
      3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
        Rasional : Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks
      4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
        Rasional : Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis
      5. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur.
        Rasional : Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari
      6. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
        Rasional : Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi
      7. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
        Rasional : Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya
      8. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
        Rasional : Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan
      9. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
        Rasional : Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki
      10. Berikan informasi mengenai alat bantu
        Rasional : Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan
      11. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk dari pada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi
        Rasional : Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian
      12. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang, tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.
        Rasional : Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri
      13. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.
        Rasional : Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit
      14. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan / pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT.
        Rasional : Terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.
      15. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
        Rasional : Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri / percaya diri
      16. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis (bila ada).
        Bantuan / dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal

Demikian posting tentang Askep - Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis, semoga bermanfaat..


Leaflet Mammografi : Deteksi Dini Kanker Payudara

Leaflet Mammografi : Deteksi Dini Kanker Payudara - askep kapukonline.com. Setelah sebelumnya posting ( Baca : Leaflet Kanker Serviks dan Leaflet Kanker Prostat )


Apakah Mammografi itu?


Mammografi adalah pemeriksaan foto dengan menggunakan dosis rendah sinar-X pada payudara yang dapat mendeteksi Kanker Payudara walaupun belum teraba benjolan pada payudara. Gambaran yang dihasilkan Mammografi (Mammogram) dapat melihat struktur bagian dalam jaringan payudara dengan jelas


Mammografi


Kapan diperlukan Mammografi?


Mammografi biasanya dianjurkan oleh dokter untuk :


  1. Evaluasi
    Bila terdapat kelainan pada payudara, misalnya rasa nyeri pada payudara, terasa benjolan pada payudara atau pada kelenjar getah bening ketiak, terjadi perubahan warna / bentuk / konsistensi pada payudara dan keluar cairan yang tidak normal dari puting payudara, kulit atau puting.
  2. Deteksi Dini
    Untuk mendeteksi kanker payudara walaupun tidak ada gejala sebagai bagian dari chek-up rutin

Bila terasa benjolan pada payudara atau kelainan payudara yang lain, Mammografi membantu Dokter apakah benjolan tersebut jinak atau ganas dan membantu menentukan lokasi pertumbuhan tumor. Yang lebih penting, mammografi dapat membantu menentukan terapi yang diperlukan selanjutnya


Apakah Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara?


Jika Kanker Payudara ditemukan lebih dini, kesempatan untuk sembuh dari kanker ini adalah sangat tinggi dan pengangkatan atau pembuangan terhadap payudara dapat jarang terjadi. Pada umumnya, tumor yang lebih kecil, lebih mudah diangkat seluruhnya tanpa harus mengangkat payudara seluruhnya (hanya tumornya saja)


Mengapa dipilih Mammografi?


Penelitian di Amerika, Swedia dan Inggris telah didapatkan bahwa Mammografi sangat berguna untuk deteksi kanker payudara terutama bila dikerjakan bersama-sama dengan pemeriksaan fisik penderita. Dengan Mammografi, kematian penderita akibat kanker payudara dapat diturunkan sebanyak 30%


Apakah Mammografi tersebut aman?


Radiasi yang didapat penderita pada foto Mammografi adalah sangat kecil, sehingga aman bagi penderita. Sampai saat ini, tidak ada metode lainnya yang lebih baik dari foto Mammografi untuk mendeteksi tumor payudara sebelum benjolan dapat dirasakan.


Bagaimana Cara Pemeriksaan Mammografi?


Bagaimana persiapan pemeriksaan Mammografi?

  1. Tidak perlu berpuasa sebelum Mammografi
  2. Tidak memmakai deodorant atau bedak pada ketiak sebelum pemeriksaan, karena akan mengganggu gambaran Mammografi dan menyerupai proses keganasan

Bagaimana prosedur pemeriksaan Mammografi?

  1. Radiografer yang terlatih akan memandu anda. Anda akan diminta untuk melepas baju dan kemudian ditentukan posisi untuk foto payudara
  2. Foto dilakukan dua kali untuk setiap payudara, yaitu dari arah tengah ke tepi dan dari arah atas ke bawah.
  3. Hasil Mammografi di interprestasikan oleh Dokter spesialis radiologi

Kapankah sebaiknya anda melakukan Mammografi?


Untuk memerangi kanker payudara, American Cancer Society memberikan rekomendasi sebagai berikut :


Pada wanita yang masih mendapat menstruasi, sebaiknya Mammografi dilakukan hari ke-3 menstruasi sampai dengan pertengahan siklus menstruasi


Wanita usia 35 sampai 39 tahun

  1. Periksa payudara anda sendiri setiap bulan 2 - 3 hari setelah selesai menstruasi
  2. Periksakan payudara anda ke dokter anda setiap 3 tahun sekali
  3. Periksa Mammografi antara usia 35 - 39 tahun

Wanita usia 40 sampai 49 tahun

  1. Periksa payudara anda sendiri setiap bulan setelah selesai menstruasi
  2. Periksakan payudara anda ke dokter anda setiap 1 tahun sekali
  3. Periksa Mammografi setiap satu atau dua tahun sekali

Wanita usia 50 tahun keatas

  1. Periksa payudara anda sendiri setiap bulan setelah selesai menstruasi
  2. Periksakan payudara anda ke dokter anda setiap 1 tahun sekali
  3. Periksa Mammografi setiap tahun, bahkan meski tidak terasa gejala apapun pada payudara Anda

Mammografi direkomendasikan terutama untuk wanita dengan faktor resiko kanker payudara atau kanker yang lain (indung telur, leher rahim, rahim, usus besar), yaitu:

  1. Riwayat kanker payudara dalam keluarga
  2. Menstruasi pertama pada umur kurang dari 12 tahun
  3. Menopause setelah umur 55 tahun
  4. Melahirkan pertama kali setelah umur 30 tahun
  5. Pemakaian kontrasepsi pil
  6. Tidak pernah melahirkan atau menyusui
  7. Terapi pengganti hormon setelah menopause
  8. Mengkonsumsi alkohol dan merokok
  9. Kegemukan
  10. Kurang olah raga

Demikian posting tentang Leaflet Mammografi : Deteksi Dini Kanker Payudara, semoga bermanfaat..


Ambang / Cara Menilai Nyeri Berdasar PQRST

Ambang / Cara Menilai Nyeri Berdasar PQRST - askep kapukonline.com.

Mungkin masih banyak teman-teman perawat yang masih rancu atau bahkan belum mengetahui bagaimana menilai sebuah ambang nyeri pasien berdasarakan penilaian PQRST. Baiklah, kali ini akan saya coba jabarkan, semoga bisa di pahami, kalaupun ada yang salah atau kurang, mohon koreksinya

Ambang / Penilaian Nyeri Berdasar PQRST

  1. P : Provokatif / Paliatif

    Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda paksa / benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
  2. Q : Qualitas / Quantitas

    Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa sering terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.
  3. R : Region / Radiasi

    Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga menyebar ke daerah lain / area penyebarannya..?
  4. S : Skala Seviritas

    Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS ( Baca : Cara Mengukur GCS (Glasgow's Coma Scale) ) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan
  5. T : Timing

    Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap..? Acut atau Kronis..?

Ambang | Cara | Menilai | Nyeri | Berdasar | PQRST

Mekanisme Terjadinya Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Mekanisme nyeri adalah sebagai berikut rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, di ubah dalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri.

Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

  1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.
  2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-rata manusia akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 450 C, dimana mulai pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan
  3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang di sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat P dan ion K+ (ion K positif ).

Proses Terjadinya Nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Ad bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.

Serabut Ad berperan dalam menghantarkan 'Nyeri cepat' dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan 'nyeri Lambat' dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.

Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :

  1. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
    1. Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat contoh nyeri trauma
    2. Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker
  2. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
    1. Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk
    2. Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena trauma di hati atau paru-paru.
    3. Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri angina.
  3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
    1. Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
    2. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya : Nyeri yang diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.

Demikian posting tentang Ambang / Cara Menilai Nyeri Berdasar PQRST, semoga bermanfaat...


Tips Bagaimana Mencegah Nyeri Leher

Tips Bagaimana Mencegah Nyeri Leher - askep kapukonline.com

Meskipun terlihat ringan, namun nyeri leher dapat menjadi lebih buruk jika tidak segera ditangani dengan tepat.

Dikatakan Dokter Spesialis Kesehatan Fisik dan Rehab Medik RS Kasih Ibu Surakarta, dr. Sondang Rexano, Sp. KFR, selain teknik rehab medik untuk mengatasi nyeri leher, terapi obat juga perlu diberikan pada fase akut untuk mengurangi rasa nyeri dan mengatasi spasme atau kejang otot.

"Jika setelah pemberian obat sekitar satu minggu belum membaik, sebaiknya perlu dilakukan evaluasi dan eksplorasi mendalam untuk mengetahui penyebab nyeri leher lainnya" tuturnya.

Tips Bagaimana Mencegah Nyeri Leher

Sementara itu, beberapa tips diberikan dr. Sondang untuk mencegah terjadinya nyeri leher antara lain :

  1. Biasakanlah melakukan senam leher dengan menggerakkan leher ke segala arah di sela-sela menjalankan aktivitas yang bersifat monoton seperti menghadapi layar monitor, duduk lama dalam perjalanan atau bekerja di belakang meja.
  2. Hati-hati dengan aktivitas menggunakan ponsel, jangan terlalu lama berbicara sembari tiduran atau terpaku pada tuts-tuts Ponsel berlama-lama. Kondisi tersebut mampu memicu nyeri leher yang berkepanjangan. "Untuk itu sempatkan untuk melakukan senam leher dan bahu di sela-sela aktivitas menggunakan Ponsel" ujar dr. Sondang.
  3. Jangan menggunakan bantal yang terlalu tinggi saat tidur dan kompres hangat untuk memberikan efek relaksasi ketika terjadi nyeri leher.
    Pada kasus nyeri leher akut yang terjadi kurang dari tiga hari, maka kompres dingin cukup efektif untuk mengurangi nyeri. Setelah fase akut lewat, barulah kompres hangat diaplikasikan untuk melunakkan dan melenturkan otot.
    Namun hal itu tentunya harus dibarengi dengan latihan pelenturan otot-otot leher.
  4. Atasi stres dengan selalu optimis dan berpikiran positif sehingga tubuh menjadi rileks dan dapat mengurangi ketegangan otot-otot leher.

Demikian Tips Bagaimana Mencegah Nyeri Leher, semoga bermanfaat....

Source : http://harianjoglosemar.com


Smart Diet : Diet yang Pintar

Smart Diet : Diet yang Pintar | kapukonline.com.

Banyaknya kejadian obesitas atau kelebihan berat badan dalam masyarakat akhir-akhir ini karena seseorang menganut gaya hidup deluxe life style yang notabene tinggi kalori, tinggi garam dan tinggi gula, ditunjang dengan kurangnya aktivitas tubuh serta kurangnya minum air putih. Pasalnya, fungsi air salah satunya adalah membuang sisa-sisa makanan dan lemak yang tidak berguna lagi.

Untuk itu, sebaiknya hindari obesitas agar hidup tetap sehat dan terhindar dari beberapa macam penyakit yang membahayakan. Dokter Ahli Gizi Medis RSUI Kustati Surakarta, dr Sri Rusmanti MKes, menandaskan, untuk mencapai tujuan hidup sehat bisa diterapkan smart diet atau diet pintar. Dalam hal ini yang dimaksud dengan smart diet adalah memenuhi asupan makanan yang halal, bermutu atau bergizi, aman, tepat porsi, tepat waktu dan sesuai dengan usia dan kebutuhan masing-masing individu.

Makan pada saat perut sudah terasa lapar merupakan waktu makan yang tepat asal tidak di tengah malam. Karena tengah malam merupakan waktu dimana organ-organ tubuh seharusnya beristirahat. Jika dipaksakan untuk tetap makan, maka proses pencernaannya tidak dapat berjalan baik dan kebanyakan menghasilkan lemak, tuturnya. Sementara itu, porsi makan yang pas atau tepat adalah porsi makan yang tidak menyebabkan perut terasa kekenyangan.

Di sisi lain, dr Rus mengimbuhkan, bagi usia sekolah, remaja maupun usia muda asupan makanan dianjurkan yang menunjang pertumbuhan fisik antara lain telur, susu segar, sayuran hijau, daging yang diolah secara benar, ikan segar dan lain-lain yang mengandung tinggi protein, mineral dan kalsium.

Untuk pagi hari usahakan mengonsumsi cukup protein, seperti telur, tempe atau daging untuk mencegah kantuk. Sedangkan sore atau malam hari sebaiknya lebih banyak karbohidrat termasuk sayuran agar tidur bisa nyenyak. Tidur yang cukup membantu memaksimalkan proses pertumbuhan,” tukas dr Rus.

Kemudian untuk menjaga berat badan, sebaiknya hindari kebiasaan ngemil dan perbanyak aktivitas untuk pelepasan energi. Salah satu penyebab kegemukan adalah makan dengan porsi kelebihan lemak, garam, serta kurang cairan. Junk food juga merupakan salah satu makanan penyebab gemuk dan tidak ada gizinya. Maka dari itu sebaiknya juga dihindari. Selain itu, snack di sela-sela waktu makan atau pas tidak lapar juga pemicu kegemukan.

Jika menginginkan untuk tetap ngemil, sebaiknya dengan snack rendah kalori dan banyak serat, tandas dr Rus.

Demikian posting Smart Diet : Diet yang Pintar, Semoga bermanfaat...

Source : http://harianjoglosemar.com/berita/cara-diet-yang-pintar-64068.html

Leaflet Kanker Serviks

Leaflet Kanker Serviks - askep kapukonline.com. Setelah sebelumnya posting ( Baca : Leaflet Kanker Prostat )

Apa yang dimaksud Kanker Serviks?

Kanker Serviks adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim (Serviks). Serviks terletak diantara rahim dan vagina

Kanker | Ca | Tumor | Seviks | Rahim

Seberapa seringkah Kanker Serviks terjadi?

Kanker Serviks adalah kanker nomor dua yang paling sering menyebabkan kematian pada perempuan di seluruh dunia setelah kanker payudara.

Setiap tahun sekitar 500.000 perempuan di diagnosis menderita kanker serviks dan hampir 300.000 meninggal dunia. Secara keseluruhan 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks

Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35 - 55 tahun, namun dapat pula muncul pada perempuandengan usia yang lebih muda.

95% kanker serviks disebabkan virus yang disebut Human Papilloma Virus (HPV>

Apa penyebab Kanker Serviks?

Setelah terjadi infeksi HPV, perkembangan ke arah kanker serviks tergantung dari jenis HPV-nya. HPV resiko rendah (Type 6 dan 11) hampir tidak beresiko menjadi kanker serviks, tapi dapat menimbulkan genital warts (kutil).Meskipun sebagian besarinfeksi HBV akan sembuh sendiri dalam 1 - 2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami.

Infeksi yang menetap karena HPV resiko tinggi (Type 16 dan 18) akan mengarah pada kanker serviks. Kanker serviks mulai dari pra-kanker (Displasia) sampai berkembangnya sel-sel abnormal pada dinding serviks tanpa terkontrol dan membentuk sebuah benjolan yang disebut tumor

Apa Faktor Resiko terjadinya Kanker Serviks?

  1. Kegiatan seksual sebelum usia 20 tahun
  2. Berganti-ganti pasangan seksual
  3. Papaparan terhadap infeksi menualar seksual
  4. Higiene seksual buruk
  5. Pengidap Kanker Serviks di keluarga
  6. Merokok
  7. Penurunan kekebalan tubuh (HIV / AIDS)
  8. PAP Smear yang abnormal sebelumnya

Apa saja Gejala Kanker Serviks

Kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut

  1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh
  2. Perdarahan vagina yang tidak normal
    1. Perdarahan diantara periode menstruasi yang reguler
    2. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
    3. Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
    4. Perdarahan pada wanita usia menopause
  3. Rasa sakit saat hubungan seksual
  4. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
  5. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya

Bila mengalami salah satu gejala di atas, segera hubungi dokter. Kondisi di atas tidak selalu disebabkan oleh kanker serviks

Bagaimana Kanker Serviks di Deteksi?

Tes Pap Smear dapat mendeteksi adanya sel yang tidak normal pada serviks secara dini

Pap Smear

“Gambar diambil dari :http://medicalimages.allrefer.com"

Tips Pencegahan Kanker Serviks

  1. Menjaga kebersihan bagian kewanitaan
  2. Bila terjadi tanda abnormal pada leher rahim, segera lakukan pemeriksaan Pap Smear
  3. Lakukan hubungan seksual yang sehat
  4. Laki-laki yang tidak di khitan harus menjaga higiene seksual, karena rentan sebagai penyebar Virus HPV
  5. Jangan berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual (sex-partner) karena merupakan penyebab utama masuknya Virus HPV

Demikian posting tentang Leaflet Kanker Serviks, semoga bermanfaat..